Monday, October 17, 2016

5 Entrepreneur Muda Asia Tenggara, Ada Indonesia? #2


Sukses berkarya tentunya tidak mengenal usia. 

Ungkapan tersebut memang benar, jika kita melihat betapa banyak orang yang berhasil mendirikan perusahaan-perusahaan besar saat usia mereka masih muda belia.

Langsung saja,

Inilah Dia 5 Entrepreneur Muda Asia Tenggara Under 30 Tahun ;

Benny Fajarai (25), Qlapa


    http://jadiberita.com/

Benny mendirikan sebuah marketplace produk kerajinan tangan lokal bernama Qlapa. Perusahaan ini baru memperoleh pendanaan tahap awal dari sejumlah investor yang dipimpin oleh Founders Capital, perusahaan VC yang didirikan oleh pendiri Rocket Internet, Samwer bersaudara. Qlapa sendiri bukan perusahaan pertama Benny. Sebelumnya ia mendirikan Kreavi, sebuah jejaring sosial dan marketplace bagi pelaku industri kreatif di Indonesia.

Chee Hau Goh (28) and Nadhir Ashafiq (28), TheLorry


    cdn.techinasia.com

Nadhir dan Chee Hau adalah orang-orang di balik TheLorry, layanan transportasi kargo on-demand yang menghubungkan ribuan pemilik truk dan van dengan pelanggan yang ingin memindahkan barangnya – mulai dari peralatan rumah tangga hingga kargo komersial – di seluruh Malaysia.

TheLorry diluncurkan pada bulan September 2014. Tahun ini, perusahaan tersebut memperoleh pendanaan seri A US$1,5 juta (sekitar Rp19,43 miliar) dari SPH Media Fund, dengan partisipasi dari Elixir Capital yang berbasis di Silicon Valley. TheLorry akan menggunakan dana segar ini untuk memperkuat bisnisnya di Malaysia, memperkenalkan layanan baru, dan mempersiapkan ekspansi regional.

Ye Wint Ko (26), Bindez


    pbs.twimg.com

Bindez adalah proyek mesin pencari asal Myanmar yang didirikan oleh Ye Wint Ko pada 2013. Ye Wint menjalankan Bindez secara bootstrapping sambil bekerja di Singapura. Di sanalah ia kemudian bertemu co-founder sekaligus mentornya Rahul Batra. Bersama, mereka mengubah mesin pencari tersebut menjadi aplikasi agregasi berita yang bersaing dengan Facebook di negara ini.

Akses internet di Myanmar yang dulunya sangat terbatas, mulai meningkat sejak beberapa tahun terakhir setelah rejim militer runtuh. Dulu, satu-satunya operator telekomunikasi adalah MPT (Myanma Posts and Telecommunications), operator milik pemerintah yang mengenakan biaya sebesar US$250 (sekitar Rp3,23 juta) untuk sebuah kartu SIM. Tapi sejak negara itu mulai terbuka, koneksi seluler dan internet maju dengan pesat. Dua perusahaan telekomunikasi lainnya – Telenor dari Norwegia dan Ooredoo dari Qatar – masuk dan menyediakan layanan yang lebih murah.

Yang menarik adalah akses pertama orang Myanmar dengan internet langsung dimulai darismartphone. Facebook menjadi hal pertama yang terlintas dalam pikiran mereka saat berbicara tentang internet. Maklum, Facebook adalah sumber utama berita dan informasi di negara itu, dan Penerbit sering mengunggah berita dan gambar langsung di Facebook. Dengan dukungan dari 500 Startups, Bindez ingin mengubah itu.

Lusarun “Trumph” Silpsrikul (26), Page365


    http://bk.asia-city.com/

Startup asal Thailand, Page365, merupakan sebuahdashboard untuk pedagang online di jejaring sosial. Alat ini memungkinkan penjual untuk melacak pertanyaan, pemesanan, dan keluhan pelanggan. Semua aktivitas itu dikelola dalam satu antarmuka. Page365 didirikan oleh Trumph setelah ia mengamati bagaimana social commerce menjadi semakin populer.

“Hampir semua orang punya seorang teman yang punya toko butik online sendiri. Salah satu dari mereka menceritakan kepada kami tentang kesulitan yang dihadapinya. Ia pun menjadi pelanggan pertama kami,” katanya.

Meski tidak menyebutkan berapa jumlah pedagang aktif yang menjadi kliennya, Page365 berhasil memperoleh pendanaan tahap awal US$400.000 (sekitar Rp5,18 miliar) dari Inspire Ventures and Galaxy Ventures.

No comments:

Post a Comment